IRAN BERHASIL MENGHANCURKAN FASILITAS MILITER ISRAEL
Bayangkan kamu sedang duduk santai di ruang tamu menonton berita sambil menyeruput secangkir teh tiba-tiba layar televisi menampilkan breaking news israel yang bersiap menyerang fasilitas nuklir Iran, bukan lagi sekadar konflik antara militan dan tentara, melainkan ini tentang dua negara dengan kekuatan militer besar dan yang lebih mengkhawatirkan potensi senjata nuklir sejak April 2025 Amerika Serikat dan Iran telah mengadakan lima putaran negosiasi untuk membahas program nuklir teheran namun Iran menolak proposal Amerika Serikat yang dianggap terlalu berat sebelah terutama karena tidak memberikan jaminan pencabutan sanksi dan tetap menuntut penghentian total pengayaan uranium di Iran. di sisi lain Israel merasa terancam dengan kemungkinan Iran mempertahankan kemampuan nuklirnya meskipun untuk tujuan sipil perdana Menteri Netanyahu bahkan dilaporkan mempertimbangkan serangan unilateral terhadap fasilitas nuklir Iran, meskipun tanpa dukungan penuh dari Amerika Serikat situasi ini mengingatkan kita bahwa ketegangan di Timur Tengah bukanlah cerita jauh yang tidak berdampak pada kita, ketika dua kekuatan besar saling berhadapan dunia pun ikut menahan nafas mari kita telusuri lebih dalam apa yang sebenarnya terjadi antara Iran Israel dan Amerika Serikat dan bagaimana dampaknya bagi perdamaian dunia.
Iran tak tinggal diam menghadapi retorika agresif Israel dalam pernyataan yang bernada tajam, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Arkchi menyampaikan bahwa jika Israel benar-benar berniat menyerang instalasi nuklir milik negaranya maka Iran akan menanggapi dengan tindakan keras tanpa ragu harakchi juga mendesak dunia internasional untuk tidak berpangku tangan, menurutnya diperlukan langkah nyata yang bisa meredam ketegangan karena jika tidak ada upaya pencegahan yang serius, Iran terpaksa mengambil tindakan khusus demi melindungi aset strategisnya baik dari fasilitas maupun material nuklir, lebih lanjut Arkci menegaskan bahwa tanggung jawab tidak hanya berada di pundak Israel, ia juga menunjuk Amerika Serikat sebagai pihak yang patut dimintai pertanggungjawaban.
Mengingat adanya indikasi keterlibatan dalam rencana serangan terhadap Teheran tak berselang lama setelah pernyataan Araki Corps Garda Revolusi Islam Iran yang dikenal luas sebagai IRGC ikut menyampaikan sikap mereka, juru bicara IRGC Ali Muhammad Naini mengeluarkan peringatan keras bila Israel benar-benar menyerang maka respon dari Iran akan bersifat destruktif dan tak akan ditahan-tahan dalam nada penuh keyakinan naini menegaskan bahwa Israel tampaknya belum benar-benar memahami sejauh mana kekuatan militer Iran bisa digerakkan ketika menghadapi kondisi perang terbuka.
ketegangan antara Iran dan Israel kembali memanas, hubungan kedua negara yang sudah lama penuh gesekan kini makin jauh dari kata damai terutama setelah Israel kembali melancarkan serangan militer di wilayah Yaman, kali ini targetnya adalah sebuah bandara di ibu kota Sanaa kelompok HTI menyebut bahwa jet tempur Israel menggempur landasan pacu bandara Sanaa dalam empat serangan terpisah bahkan pesawat komersial milik Yemenia Airlines yang menjadi satu-satunya armada penumpang milik Yaman yang masih beroperasi ikut hancur dalam serangan tersebut tak butuh waktu lama Iran pun langsung melayangkan kecaman keras. ismail Bakhey juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran menyebut serangan itu sebagai bukti nyata kebrutalan Israel dan permusuhannya terhadap rakyat Yaman serta dunia muslim di kawasan Asia Barat secara lebih luas bakhei menuduh Israel sengaja menyerang untuk menggagalkan keberangkatan jama'ah haji asal Yaman menuju Makkah, ia menilai tindakan tersebut sebagai kejahatan besar yang tak bisa ditoleransi, ia pun mendesak komunitas internasional terutama organisasi penerbangan sipil internasional untuk segera bertindak dan menaruh perhatian penuh pada situasi berbahaya ini, lebih lanjut Bakhei juga mengecam keras rangkaian agresi Israel terhadap berbagai fasilitas penting di Yaman, mulai dari pelabuhan, bandara, hingga gudang penyimpanan bahan pangan. menurutnya semua tindakan itu merupakan bentuk kejahatan perang sekaligus pelanggaran terhadap prinsip dasar kemanusiaan dengan serangan demi serangan yang terus terjadi. sulit membayangkan bahwa hubungan antara Iran dan Israel bisa mencair bahkan jika Amerika Serikat berhasil menekan program nuklir Iran di masa mendatang. pertanyaannya bagaimana mungkin situasi antara Iran dan Israel kembali memanas hingga nyaris meledak jadi perang terbuka padahal belum lama ini pemerintahan Donald Trump sempat membuka jalan bagi Iran untuk duduk di meja perundingan membahas program nuklir teheran yang selama ini diliputi teka-teki.
Semua berawal pada tanggal 12 April 2025, saat itu Amerika Serikat dan Iran memulai serangkaian negosiasi menyusul surat pribadi dari Presiden Trump kepada pemimpin tertinggi Iran.
Putaran pertama digelar di Oman dan difasilitasi oleh utusan khusus Amerika Serikat Steve Wkov dan Menteri Luar Negeri Iran Abas Areci, meski dilakukan secara tidak langsung pertemuan itu berjalan lebih baik dari yang dibayangkan bahkan memunculkan harapan baru bagi dunia internasional untuk menekan ambisi nuklir teheran yang diyakini sudah berada di ambang kemampuan menciptakan senjata pemusta massal, negosiasi pun berlanjut ke tahap kedua pada tanggal 19 April 2025. kali ini digelar di Roma dengan Oman kembali berperan sebagai mediator komunikasi antara kedua belah pihak tetap dilakukan melalui perantara dengan Wkov dan Arakchi masih menjadi figur utama dalam proses diplomatik ini. saat pembicaraan masuk ke putaran ketiga di Musk terlihat ada progres yang cukup menjanjikan namun segalanya mulai berubah saat perundingan memasuki babak keempat, di tahap ini diskusi mengenai program nuklir Iran mendadak mandek, suasana menjadi kaku dan kelanjutan di putaran kelima pun berada di ujung tanduk.
Salah satu penyebab utama macetnya perundingan antara Iran dan Amerika Serikat adalah permintaan keras dari Presiden Donald Trump teheran harus menghentikan seluruh aktivitas pengayaan uranium hingga di titik nol sebuah tuntutan yang langsung ditolak mentah-mentah oleh pihak Iran, mereka menegaskan program nuklir yang mereka jalankan murni untuk kepentingan sipil bukan untuk persenjataan habas Sarakci selaku juru runding utama dari pihak Iran menyatakan bahwa Iran siap bernegosiasi asalkan tujuan akhirnya adalah pelucutan total senjata nuklir dari semua pihak, tapi jika Amerika Serikat bersi keras memaksakan penghentian total pengayaan nuklir maka Iran tidak akan menandatangani kesepakatan apapun. bagi Teheran, pengayaan uranium untuk tujuan damai adalah hal mutlak yang tidak boleh diintervensi oleh negara manapun. sementara proses diplomasi Amerika terus berjalan, Israel justru mulai menunjukkan gelagat lain di tengah ketidakpastian perundingan laporan. intelijen menyebut bahwa Israel sudah mulai menyusun rencana serangan ke situs nuklir Iran, pasukan dan peluncur rudal mereka disebut telah dipindahkan ke pangkalan strategis seperti Nefatim dan Telnov, bahkan seorang pejabat intelijen senior Amerika Serikat menyebut bahwa Israel kini memiliki kemampuan untuk melancarkan serangan unilateral ke fasilitas nuklir Iran dalam waktu kurang dari 7 jam. banyak yang memperkirakan jika hasil kesepakatan antara Washington dan Teheran nantinya tidak sejalan dengan kepentingan Israel maka serangan militer bisa menjadi langkah yang dipilih oleh Tel Afif tanpa menunggu lampu hijau dari siapapun di tengah memanasnya isu soal situs nuklir Iran.
Perdana Menteri Israel akhirnya bersuara, benjamin Netanyahu membantah keras bahwa Israel tengah menyiapkan serangan terlebih saat negosiasi antara Teheran dan Washington masih berlangsung, ia bahkan menyebut informasi itu sebagai berita palsu namun muncul pertanyaan benarkah kabar itu Hoax?.. sebab informasi rencana serangan bukan datang dari sembarang sumber melainkan dari pejabat senior intelijen Amerika Serikat. jadi siapa sebenarnya yang tidak berkata jujur, kecurigaan pun menguat dan makin menguat setelah Presiden Donald Trump secara tak langsung justru mengonfirmasi hal berbeda dalam konferensi pers, ia ditanya apakah pernah memperingatkan Netanyahu agar tidak melakukan tindakan yang bisa mengganggu proses negosiasi dengan Iran??.. trah menjawab dengan detail yang mencolok jawaban itu seolah membuka fakta bahwa komunikasi tentang potensi aksi militer memang pernah terjadi dan Netanyahu sangat menyadari batasannya kini banyak yang bertanya-tanya apakah ini bukti bahwa Netanyahu kembali menutupi sesuatu atau justru tanpa sadar Trump telah membongkar kebohongan sekutu dekatnya sendiri sejak tahun lalu.
Israel terus melontarkan ancaman kepada Iran menyatakan siap menyerang fasilitas nuklir teheran kapan saja. pada September tahun lalu Wall Street Journal mengungkap bahwa Israel telah mengirimkan peringatan lewat jalur belakang, intinya jika Iran menyerang wilayah Israel maka fasilitas nuklir Iran akan jadi sasaran balasan sebulan setelahnya laporan dari USA Today dan Forbes menyebutkan bahwa Israel tengah menimbang respon atas serangan rudal Iran yang terjadi pada 1 Oktober dengan situs nuklir masuk dalam daftar target potensial bahkan pada Februari tahun ini Wall Street Journal dan The Washington Post kembali melaporkan bahwa intelijen Amerika menyimpulkan di akhir masa pemerintahan Biden bahwa Israel benar-benar sedang merancang serangan besar ke fasilitas nuklir Iran memanfaatkan situasi internal Iran yang dinilai lemah kemudian di bulan lalu New York Times mengabarkan bahwa Israel telah menyusun rencana serangan gabungan ke situs nuklir Iran bersama Amerika Serikat dengan eksekusi paling cepat pada Mei 2025 namun rencana itu akhirnya diblokir langsung oleh Presiden Trump demi menjaga jalur diplomasi antara Washington dan Teheran.
Komentar
Posting Komentar